Selasa, 14 Desember 2010

Air mata duyung (Kisah psikologi spiritual)

Posted on April 26, 2008 by asolahudin

Keridloan Allah tergantung kepada keridloan kedua orang tua. berikut ini adalah sebuah kisah nyata yang mungkin terinspirasi oleh ungkapan tersebut. duduklah dengan santai dan ambilah hikmah dari kisah ini.

Seorang ayah sebutlah ‘Ahmad’ menyusuri pekatnya malam menuju tempatnya bekerja. ia adalah seorang penjual daging di pasar. setiap malam antara pukul 02 atau 03, ia harus keluar rumah untuk mengambil barang dagangannya di tempat penyembelihan sapi, kemudian dibawa ke pasar. berat memang tetapi demi menghidupi keluarganya dan rasa tanggung jawab terhdap keluarga ia ikhlas menjalani itu. tidak jarang ia ketemu preman, tukang palak, atau orang yang sedang mabuk dan memaksanya untuk memberi uang.

Kehidupan kota besar seperti Jakarta tentulah memerlukan biaya hidup yang besar, apalagi ia harus membayar kontrakan tempat di mana ia dan keluarganya tinggal. ditambah keempat anaknya yang mulai memasuki jenjang sekolah. keadaan ini membuat hidup terasa semakin sulit dan menghimpit.

Kesulitan seperti itu rupanya tidak hanya ‘Pak Ahmad’ yang merasakan, rekan-rekannya sesama pedagangpun merasakan hal serupa. tidak heran di sana sambil menunggui dagangannya mereka sering sharing tentang bagaimana menyiasati kehidupan yang terasa menyesakkan itu.

‘Saya pernah dikasih tahu sama orang bahwa agar hidup kita diberi keberkahan dan kemudahan ada syaratnya’ teman pak Ahmad berseloroh

‘Apaan syaratnya?” pak Ahmad menimpali

‘Dia bilang, kita harus dapetin jimat air mata duyung.’ jawab temannya

‘Di mana adanya, caranya gimana?’ pak ahmad mulai penasaran

‘Nah itu dia, dia bilang dia juga gak tau di mana dan giamana caranya’ jawab teman nya

‘Ya gimana sih, kasih info kok sepotong doang’

Pembicaraan pagi itu rupanya menggelitik perasaan pak Ahmad ketika ia pulang dari pasar. sambil menikmati suguhan teh hangat yang dibuatkan istrinya ia mulai bertanya-tanya, apa ia ada jimat air mata duyung, kalaupun ada, kemana saya harus mencarinya, Emangnya ikan duyung bisa nangis? trus gimana… . pertanyaan-pertanyan itu dibawanya kedalam alam bawah sadar karena ia tertidur kelelahan.

Misteri tentang jimat air mata duyung terus menggelayuti fikirannya. pak ahmad pun mulai mencari tahu. Kalau kebetulan ia sedang bersilaturahmi dengan orang tuanya di kampung, dengan saudaranya, temannya atau siapa saja yang menurutnya bisa menunjukan jalan ke arah yang ia cari, pasti pak Ahmad mendiskusikan masalah ini. sekian lama ia mencari ia pun tidak mendapatkan jawaban yang meyakinkan, sampai pada suatu hari, ketika ia sedang bersilaturrahmi kepada seorang kiyai pak Ahmad menanyakan masalah ini. Pak kiai itupun memberikan penjelasan tentang misteri air mata duyung yang dimaksud.

‘Air mata duyung yang pak Ahmad maksud itu, bukan air mata ikan duyung. Kata-kata itu cuma perumpamaan untuk air mata kedua orang tua yang menangis ketika mendo’akan anaknya dengan ikhlas. disebut air mata duyung sebagai kiasan untuk menunjukan betapa sulitnya mendapatkan air mata itu.

Mendengar penjelasan itu pak Ahmad tertegun dan kagum kepada pak kiai. ia berkata dalam hati ‘pantas saja Allah menyuruh kita bertanya kepada ahli ilmu, karena ternyata mereka memahmi sesuatu yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya’. Terus gimana caranya supaya saya bisa dapetin jimat itu pak kiai?

‘Ya pak Ahmad harus memintanya, sebab kalo tidak diminta mungkin tidak akan pernah keluar dari mata kedua orang tua kita. cari waktu yang tepat untuk ketemu dan berbicara secara pribadi dengan mereka. yang paling bagus waktu orang tua sedang melaksanakan sholat di kamar. lebih istimewa lagi waktu solat tahajud. intip kamar solatnya, kira-kira mereka selesai solat ketuk pintunya atau salam saja, cium tangan minta ijin untuk bicara secara pribadi di tempat itu. Awali dengan mohon maaf untuk pak Ahmad dan keluarga kemudian sampaikan apa yang menjadi kesulitan atau permasalahan yang sedang dihadapi, mintalah kepadanya agar beliau mau mendo’akan pak Ahmad dan keluarga dengan penuh ikhlas. Saya yakin sebelum berdo’apun orang tua pak Ahmad sudah menangis. kalo sudah begitu berarti pak Ahmad sudah mendapatkan apa yang dicari’. Pak Ahmad mendengarkan penjelasan pak kyai dengan penuh semangat

‘O iya, ada yang ketinggalan. sebelum minta dido’akan olehnya sebaiknya minta izin untuk membasuh kedua kakinya. caranya siapkan air dalam gelas, piring makan, sendok dan kapas untuk mengusap air mata. Mencuci kedua kaki cukup dilakukan secara simbolis saja yaitu dengan menyirami jari jempolnya dua atau tiga kali menggunakan sendok dan airnya ditampung pada piring yang sudah pak Ahmad siapkan. Insya Allah kedua orang tua kita akan ikhlas mendo’akan dan mencucurkan air mata karena haru menyaksikan putranya telah memulyakan dan berbakti kepadanya. setelah itu simpanlah kapas yang digunakan untuk mengusap air mata tadi sebagai tanda bahwa orang tua pak Ahmad sudah ridlo dan ikhlas sama pak Ahmad. Bagaimana pak Ahmad sudah jelas?” Terima kasih, Pak kiai. sangat jelas dan gamblang. insya Allah saya akan melaksanakan apa yang pak kiai sampaikan.

Singkat cerita Pak Ahmad pun merasa mendapatkan banyak kemudahan, dan keberkahan dalam hidupnya. setelah melaksankan pesan-pesan pak Kia itu. ia merasa anak-anaknya mudah dididik dan ta’at kepada orang tua dan ia pun berhasil membangun sebuah rumah walaupun tidak mewah tetapi cukup untuk menjadi tempat berlindung yang nyaman bersama ke enam putra-putrinya.

taken from http://asolahudin.wordpress.com

0 komentar:

Posting Komentar

Recent Posts With Thumbnails v3